Nama saya Riana Ayu Amalia, sering dipanggil Riana. Saya terlahir di salah satu desa kecil di kabupaten Bantul. Saya dilahirkan pada tanggal 5 Maret 2000. Saya anak kedua dari tiga bersaudara, kakak saya bernama Bendri dan Adik saya bernama Bowo. Sebagai anak yang dihampit dua saudara laki-laki, membuat hobi saya tak jauh mereka, yakni mendaki Gunung.

Wawasanku memang tidak luas, tapi saya bersyukur dapat mencicipi bangku sekolahan dari TK, SMP Negeri, MA Swasta, hingga bangku perkuliahan. Kehidupan di desa tidak membuat saya patah semangat untuk belajar, kedua orang tua saya pun terus mendukung baik secara materi maupun moral. Saat ini saya masih melanjutkan pendidikan Diniyyah yang telah Saya mulai ketika duduk di bangku MA.

Pengalaman organisasi yang pernah saya ikuti pun tidak banyak, tapi saya suka berorganisasi. Organisasi pertama yang Saya ikuti yaitu karang taruna saat usia 15 tahun. Pada saat MA saya dipilih menjadi pengurus OSIS selama dua periode berturut-turut. Saya juga suka mengikuti komunitas internal di pondok pesantren seperti Sahara (sebuah komunitas yang bergerak di bidang teater) atau komunitas eksternal yang berada di Kota Yogyakarta seperti SSC (sebuah komunitas yang bergerak di bidang anak dan sosial), serta beberapa komunitas lain.

Saya bersyukur, karena Tuhan telah memberi kesempatan untuk mengembangkan potensi dalam diri saya melalui pendidikan formal maupun nonformal. Saya meyakini bahwa semua yang telah digariskan Tuhan adalah yang terbaik untuk saya, meski pun terkadang saya merasa hal tersebut tidak seperti yang saya harapkan.

Bahasa keseharian saya, keluarga, dan lingkungan saya menggunakan bahasa Jawa, baik itu ngoko (level bahasa Jawa terbawah), kromo madya (level menengah), atau kromo inggil (level tertinggi). Penggunaan bahasa Jawa yang terbagi menjadi 3 tersebut, digunakan bergantung pada situasi dan kondisi maupun kesetaraan usia. Saat saya menggunakan bahasa Indonesia, sering kali tercampur atau terkontaminasi dengan bahasa Jawa yang telah saya gunakan untuk keseharian saya. Logat bahasa Jawa pun sangat terlihat ketika saya berbicara bahasa Indonesia.